The Star that Embraces the Lunar Eclipse

Tike Yung
18 min readJan 28, 2024

--

Ada sekitar 55% lebih pasangan yang memiliki hubungan jarak jauh bisa berhasil mempertahankan hubungannya sampai ke jenjang pernikahan. Dari keberhasilan tersebut, ada berbagai tips dan motivasi yang kemudian dibagikan oleh mereka yang telah berhasil itu kepada seluruh pasangan yang sedang berjuang menjalani hubungan jarak jauh tersebut. Selain berbagai tips dan motivasi, tentunya di luar sana ada seniman-seniman yang karya-karyanya terinspirasi dari hubungan jarak jauh, entah itu novel, film, drama, lukisan, lagu dan berbagai karya seni lainnya yang kemudian menjadi sangat realistis dan sensitif terutama bagi mereka yang juga sedang atau pernah menjalani hubungan jarak jauh. Dan salah satu karya dari seorang seniman itu adalah sebuah lagu yang pernah dirilis oleh North Wang, seorang penyanyi Asia yang juga salah satu personel boy group Asteroid atau disebut juga X3, lagu itu berjudul The East and The West, lagu tersebut juga beberapa kali berada di posisi pertama di berbagai situs tangga lagu seperti Billboard, Apple Music, Melon, Oricon, QQ Music, dan lain-lain.

Tapi kita tidak sedang membahas lagu atau karya-karya seni lain yang tentang hubungan jarak jauh, karena kita akan membahas mengenai North Wang dan Huang Yueshi, pasangan jarak jauh antara Beijing dan London atau terkadang Seoul dan London. Yang saat ini, sepertinya tidak dalam keadaan jarak jauh lagi, karena North Wang sudah berada di London sejak sore kemarin, laki-laki itu telah menempuh perjalanan selama hampir dua belas jam dengan jarak 5152 mil demi menemui kekasihnya dan melaksanakan rencananya. Dengan wajahnya yang berseri dan penuh kebahagiaan sejak kemarin dia keluar dari bandara Heathrow dan sekarang di pagi ini dia sedang berada di Columbia Road, mengambil buket bunga mawar pesanannya.

“Aku baru pertama kali membuat buket bunga seperti ini, sangat menggemaskan sekali, pasti kekasihmu… ah maksudku calon istrimu akan menyukainya,” ujar seorang florist yang menyerahkan buket bunga mawar dengan lima cup plastik kosong berada di antara bunga mawarnya ke North.

“Pasti, aku bahkan sudah membayangkan wajahnya yang bahagia dan senyumnya yang cantik itu ketika nanti menerima buket bunga dengan bayi-bayi kucing ini,” balas North yang tentunya dia juga tersenyum bahagia sembari menerima buket bunga itu.

Setelah menerima buket bunga tersebut, North beralih ke pet shop, sejak beberapa bulan yang lalu dia sudah menghubungi pet shop tersebut, apalagi sejak kelahiran lima bayi kucing yang memang akan North adopsi. Perjalanan dari Columbia Road ke pet shop untuk mengambil lima bayi kucingnya, lalu ke rumah kekasihnya tidak terlalu jauh. Selama mengendarai mobilnya, North selalu membayangkan wajah kekasihnya yang sudah ia yakini selain terkejut karena kedatangannya yang tanpa memberi kabar terlebih dahulu, tentunya pasti akan terkejut dengan apa yang nanti North lakukan.

Sesampainya di rumah Yueshi, North memarkirkan mobilnya, ia keluar dari mobil dengan merapihkan terlebih dahulu penampilannya melalui bayangan kaca mobil. Ia pun mengambil buket bunga dan cat carrier, ia lalu mengambil lima bayi kucing yang telah ia adopsi dan meletakkan di dalam cup plastik yang ada di antara bunga mawar. Setelah semuanya sudah tertata, North memeriksa kotak cincin yang ada di saku jaketnya. Matanya lalu melihat ke arah rumah kekasihnya yang di pagi menjelang siang ini masih terlihat sepi, tapi beberapa gorden jendelanya sudah terbuka. Dengan langkah yang pasti, North berjalan ke arah rumah tersebut, rumah yang sudah dua tahun ini tidak asing baginya, karena rumah itu sudah seperti rumahnya sendiri.

Bel pintu berbunyi ketika North sudah menmecetnya, dia sudah siap dengan berbagai reaksi yang akan ia lihat pada kekasihnya itu ketika melihat kedatangannya yang tanpa adanya kabar terlebih dahulu. Tidak sampai dua menit, pintu pun terbuka, dengan Yueshi yang berdiri di ambang pintu masih mengenakan piyamanya.

“Ohhh… kau pulang….” Yueshi menutup mulutnya, matanya terbelalak, dia terkejut dengan buket bunga mawar dengan lima bayi kucing yang menutupi wajah North lalu diberikan padanya. Dan tentunya ekspresi wajah perempuan itu lebih terkejut lagi ketika dengan tiba-tiba North berlutut di hadapannya sembari menyerahkan cincin padanya-laki-laki itu berlutut dengan kedua lututnya.

“Luna Huang Yueshi, kau pasti sudah tahu kalau aku ini benar-benar sangat mencintaimu, aku ingin menghabiskan masa tua bersamamu, jadi apakah kau mau menikah denganku?” kata North dengan tatapan memohon yang penuh cinta itu sembari menyerahkan cincin di hadapan Yueshi yang masih berdiri mematung di hadapannya,

Perempuan itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk membalas lamaran North, Yueshi terdiam cukup lama hingga tiba-tiba air matanya mengalir. Melihat tatapan North padanya yang penuh dengan cinta dan yang berlutut di hadapannya dengan kedua lutut laki-laki itu semakin membuat air mata Yueshi deras mengalir hingga membasahi pipinya. Dengan tangan kirinya yang kosong, Yueshi tidak menyerahkan jarinya yang seharusnya dipasang cincin oleh North, melainkan ia memegang tangan North, dan menyuruh laki-laki itu untuk berdiri. Cincin itu belum terpasang di jari manis Yueshi, dia juga belum menjawab lamaran dari North. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Yueshi begitu North telah berdiri. Keduanya hanya saling bertatapan dengan mata masing-masing yang berbicara. North dengan kebingungannya dan ada sedikit kekecewaan karena Yueshi tidak menjawab lamarannya, dan Yueshi dengan tatapan yang sulit diartikan dengan kata-kata. Karena di mata perempuan itu tiba-tiba ada banyak sekali hal yang membuat North merasa bersalah karena telah melamar kekasihnya itu. North pun langsung membawa tubuh Yueshi ke dalam pelukannya, air mata Yueshi semakin deras mengalirnya bahkan membasahi jaket North.

“Maafkan aku…,” ucap Yueshi yang terdengar lirih karena disela-sela tangis dan wajahnya yang masih dalam pelukan North.

“Tidak apa-apa kalau kau belum bisa menjawabnya sekarang.”

Mendengar suara isakan tangis kekasihnya yang terdengar sangat pilu itu membuat hati North sakit, bahkan mata laki-laki itu tiba-tiba berkaca-kaca. North tidak tahu mengapa suara tangis Yueshi itu terdengar lebih menyakitkan daripada lamarannya yang belum diterima oleh perempuan itu.

-o0o-

DUA TAHUN YANG LALU….

Tiba-tiba saja kesunyian menghantamnya. Ketika kakinya sudah hampir melangkah ke anak tangga terakhir di lantai satu, ia menghentikan langkah kakinya itu, matanya menatap setiap kekosongan yang ada di rumahnya. Dengan perasaan yang sulit ia deskripsikan, saat melihat keadaan rumahnya itu, ia seakan merasakan kekosongannya juga.

Sudah hampir tiga tahun sejak ia memutuskan kembali lagi ke London dan kembali menempati rumah yang dulu sempat ia tinggali selama lima belas tahun bersama orang tuanya. Namun, setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Central Saint Martin College, ia memutuskan untuk kembali ke tanah airnya. Akan tetapi, ternyata keputusannya untuk kembali itu tidak sesuai yang ia bayangkan. Karena waktu itu tiba-tiba saja pandemi Covid-19 melanda dunia, apalagi kasus pertama yang muncul berasal dari salah satu kota dari negaranya. Waktu itu kehidupan manusia di seluruh dunia tiba-tiba saja seperti hampir menghilang dan berubah total, begitu pula kehidupannya.

Hari ini, sejak ia kembali menempati rumah masa kecilnya yang kini hanya ia sendiri yang menempatinya, biasanya setelah bangun tidur, salah satu kegiatan wajibnya adalah membersihkan bak pasir milik Winter-kucingnya. Tetapi sudah tiga hari bak pasir itu selalu bersih tidak pernah ada kotoran milik Winter yang saat ini memang sedang dirawat. Sore itu ketika matahari sudah hampir tenggelam, sebelum Winter dibawa ke klinik hewan, perasaan-perasaan bertahun-tahun yang sudah hampir menghilang dalam kehidupannya hampir saja membuatnya merasakan lagi. Air matanya tidak berhenti mengalir ketika ia menemukan Winter dalam keadaan tidak berdaya, selama perjalanan menuju ke klinik pun air matanya semakin deras mengalir.

Selama tiga hari ini paginya terasa berbeda sekali tanpa keberadaan Winter di sisinya. Meskipun ia masih tetap menjalani kegiatannya dengan normal yaitu memasak, olahraga, membaca novel, melukis, menata bunga yang ia beli di pasar bunga yang berada di Colombia Road dan tentunya pergi ke studionya menjalankan aktivitas utamanya sebagai potter.

Kesunyian yang menyapanya di pagi ini terhapus ketika suara ponsel yang ada di genggaman tangannya berbunyi. Nama kontak dengan huruf dari bahasa Thailand yang sudah ia hafal karena dibacanya Chanthara itu tertera di layar ponselnya tiba-tiba langsung menyadarkannya, bahwa ia mensyukuri sebuah takdir yang dulu mempertemukannya dengan orang yang meneleponnya itu. Ia lalu menjawab panggilan itu sambil melanjutkan langkahnya menuruni tangga yang tadi hanya tinggal satu anak tangga saja.

“Shishi meimei[1], kemarin kau bilang hari ini tidak membuka studiomu kan? Itu artinya kau tidak ada kegiatan hari ini,” ucap suara penelepon itu yang terdengar buru-buru, karena tidak ada sapaan hallo my twin atau selamat pagi yang manis seperti biasanya, dan tentunya langsung memanggilnya dengan nama aslinya yang didikuti dengan panggilan adik perempuan, bukan dengan English name yang biasanya orang lain memanggilnya.

Dahinya sedikit mengkerut begitu mendengar perkataan yang terdengar sepihak itu, ia lalu menyalakan loudspeaker dan menaruh ponselnya di pantry, sembari menyalakan mesin pemanggang roti, ia membalas, “kesimpulan dari mana itu kalau aku sedang menutup studioku artinya aku tidak ada kegiatan, apa kau lupa, hari ini aku akan menjemput anakku, dia sudah sembuh dan aku akan berkencan dengannya,” ia mengatakannya dengan tegas.

“Ah… sorry, aku lupa kalau keponakanku hari ini akan pulang. Tapi….”
“Ada apa?” Ia memotong suara si penelepon, karena sudah memiliki firasat yang pastinya akan ada sesuatu, karena panggilan yang langsung to the point itu. Sembari mengikat rambut panjangnya yang sedari tadi tergerai, Ia melanjutkan ucapannya, “Kalau kau memanggilku Shishi, biasanya ada sesuatu yang ingin kau minta dariku. Hmmm?”

“Hehehe…” suara kekehan di seberang sana menjadi jawabannya. “Kau memang sahabat terbaikku, ah tidak, kau memang saudara kembarku yang paling pengertian.”

Takdir yang telah mempertemukannya dengan sahabatnya itu memang sangat aneh, yaitu hanya gara-gara English name mereka mirip, yaitu sama-sama memiliki nama Luna, hanya bedanya nama aslinya Huang Yueshi, dan nama asli sahabatnya itu Chanthara, yang secara kebetulan kedua nama yang berasal dari dua bahasa dan dua aksara yang berbeda itu memiliki arti yang sama yaitu bulan, dan karena artinya tersebutlah ternyata kedua orang tua mereka memberikan nama Luna untuk dua anak perempuan yang hanya terlahir di bulan yang berbeda dan di musim yang berbeda namun di tahun yang sama yaitu tahun 1999. Dan ternyata di tahun 2017, keduanya ditakdirkan bertemu di London, lebih tepatnya di sebuah auditorium Central Saint Martins College, ketika keduanya sama-sama berstatus sebagai mahasiswi baru di salah satu college Universitas Seni London itu. Maka sejak hari itu mereka bersahabta, dan Luna dengan nama asli Chanthara itu selalu menyebutnya saudara kembar, karena meskipun berasal dari negara yang berbeda tapi keduanya sama-sama dari Asia dan memiliki darah Tionghoa, bahkan ternyata nama Tionghoa yang dimiliki oleh Chanthara pun bernama Yueyan. Meskipun keduanya berbeda marga yaitu Huang dan Wang, tapi bagi orang-orang di Barat, pengucapan kedua marga itu agak terdengar hampir sama. Jadi tidak heran, jika pertemuan mereka di hari itu seakan seperti sudah ditakdirkan. Dan tentunya kebetulan juga keduanya sama-sama mahasiswi di Central Saint Martins College, meskipun jurusan yang mereka pelajari di universitas itu berbeda.

-o0o-

Sejak ia keluar dari bandara Heathrow dan kini sudah duduk di kursi penumpang mobil BMW yang sedang dikemudi oleh seorang perempuan yang baru saja dikenalinya di pintu kedatangan internasional, perempuan yang sudah ia duga pasti yang telah dimintai tolong oleh adiknya. Sebab, begitu ia keluar dari kedatangan internasional, saat matanya mencari seseorang yang kata adiknya itu akan menjemputnya, ia bisa langsung mengetahuinya karena orang tersebut membawa sebuah kertas bertulisan huruf bahasa Thailand yang tentunya itu nama aslinya, lalu di bawahnya tertulis lagi huruf hanzi yang tak lain nama Tionghoa miliknya, di kertas itu hanya tertulis dua namanya dengan dua bahasa yang berbeda, tentu saja adiknya tidak akan menuliskan nama panggilannya yaitu North, karena jika itu terjadi, perjalanannya dari Beijing ke London tidak akan semudah dan selancar ini.

“Apa Luna sudah memberitahumu kalau sebelum aku mengantarmu ke rumah kalian, aku akan ke klinik terlebih dahulu untuk menjemput putriku.”

Kepala North langsung menoleh ke arah perempuan yang menggantikan adiknya-lebih tepatnya supir adiknya-untuk menjemputnya dari bandara tadi. Ketika mendengar suara perempuan itu, telinga North seperti tidak mendengar suara-suara lalu lintas di sekitarnya, seakan telinganya hanya ingin mendengar suara yang memiliki aksen British yang lembut dan merdu seperti angin musim semi itu. Saat mendengar Yueshi berbicara, telinga North refleks merasa kegirangan, karena akhirnya ia bisa mendengar lagi suara lembut itu setelah tadi di bandara hanya memperkenalkan namanya saja dan menjelaskan alasan kenapa perempuan itu yang menjemputnya bukan sopir adiknya atau adik iparnya.

Namun, sebelum North menjawab dengan suaranya, benaknya sudah berbicara terlebih dahulu karena kata terakhir yang ia dengar. “Putriku? Oh ya tentu saja perempuan yang seumuran dengan Luna pasti sudah ada yang memiliki anak, bahkan Luna pun sudah memberinya dua keponakan yang lucu-lucu, dan alasan dia ke London karena lusa ia akan merayakan pesta ulang tahun keponakan pertamanya yang ketiga tahun, karena sebagian hidup adiknya dan keluarga kecilnya itu telah dihabiskan di kota ini.” Ketika ia hendak membuka mulutnya untuk mengucapkan sepatah kata untuk jawabannya itu tiba-tiba saja kata-kata itu hanya menguap di udara karena perempuan itu sudah lebih dulu mengatakannya.

“Sepertinya dia lupa,” ujar perempuan itu yang juga masih fokus dengan kemudinya.

“Ah iya, Luna tidak memberitahuku.” Saat ini rasanya North ingin menjedotkan kepalanya ke jendela mobil karena sedari tadi ia terlalu sibuk dengan benaknya yang berisik sekali.

“Tapi tidak apa-apa, kan? Tidak jauh kok kliniknya, karena kau pasti jetlag, kau bisa tidur saja selama perjalanan, nanti kalau sudah sampai aku akan membangunkanmu.”

“Tidak apa-apa, aku bisa tidur di rumah saja,” balas North, yang kemudian dengan perasaan yang tidak enak karena sudah merepotkan, North pun menolehkan kembali wajahnya ke arah perempuan itu. “Malahan kalau aku tahu kau mau menjemput anakmu, seharusnya aku naik taksi saja, kau juga seharusnya tolak saja perminataan adikku itu. Karena kau menjemputku dulu, pasti anakmu sudah menunggumu.”

Perempuan itu membalasnya dengan senyuman yang sangat manis bahkan senyumnya itu membuat lesung pipinya muncul meskipun hanya sekilas karena lampu merah menyala dan matanya melirik sebentar kea rah North. “Dia anaknya baik dan penurut, dia sangat memahami Mommy-nya ini,” kata Yueshi.

Mendengar ucapan Yueshi, melihat bagaimana ekspresi wajah perempuan itu ketika membicarakan anaknya itu membuat benaknya berbisik lagi, tiba-tiba ia mengingat lagi pertemuan mereka ketika di bandara tadi. Rasa bersalah semakin menyerangnya.

“Kalau boleh tau, anakmu sakit apa?” tanya North yang mulai sedikit penasaran.

“Dia keracunan, karena memakan makanan yang bukan makanannya.”

Sembari menganggukkan kepalanya sedikit, lagi-lagi ia berbicara dengan benaknya, “Mungkin anaknya masih bayi, karena biasanya bayi masih belum mengenal mana makanan dan mana yang bukan. Tapi….” Ia berpikir lagi, matanya sedikit ia lirikkan ke arah kursi penumpang di belakang. “Kenapa tidak ada baby car seat di kursi belakang? Di bagasi juga sepertinya ketika aku menaruh koperku di sana tidak ada baby car seat.”

“North… North?”

“Eh… maaf…” North mengerjapkan matanya, ternyata sedari tadi ia terlalu sibuk dengan benaknya.

“Kau pasti lelah, istirahat saja tidak apa-apa. Oh iya, kau tidak alergi dengan bulu kan?”

“Bulu?” tanya North dengan ekspresi wajahnya yang bingung.

“Ah pasti Luna lupa juga memberitahuku, kalau kau ada alergi dengan bulu, sebaiknya aku antar kau pulang dulu.”

“Eh?” North melihat Yueshi hendak memutar arah mobilnya, “kenapa kau mau memutar arah, aku tidak ada alergi dengan bulu, emangnya kenapa kau menanyakan ini?”

“Oh syukurlah, aku baru ingat tadi, saat sudah sampai.”

Untungnya dia mengenakan kacamatanya, tapi dia tidak melihat ada klinik kesehatan untuk manusia, yang dia lihat adalah klinik hewan, “di mana kliniknya?”

“Ini sudah sampai.”

“Hah?” North menyerngitkan dahinya, bahkan matanya yang minus meskipun sudah mengenakan kacamata itu ia pastikan posisinya sudah benar. “Bukankah ini klinik hewan?” North menolehkan kepalanya, dari balik jendela mobil ia melihat nama klinik hewan yang tercetak di bangunan tersebut.

“Yah, Winter sedang dirawat di sana,” kata Yueshi sembari mememutar kemudi untuk memarkirkan mobilnya dengan benar. Tapi ia menghentikan pergerakan tangannya di kemudi.

Lalu tiba-tiba saja suasana sekitar mereka sunyi, dan keduanya saling menatap dalam dua detik, lalu kemudian mereka berdua tertawa kecil, menertawakan kesalahpahaman di balik objek yang sedang mereka bicarakan selama perjalanan menuju ke klink hewan.

“Putriku Winter, dia seekor kucing british shorthair berwarna putih,” ucap Yueshi menjelaskan dengan detail, ia lalu mematikan mobilnya yang kini sudah terparkir.

Masih menahan rasa malunya dengan menutupinya dengan senyuman sisa-sisa tawa kecilnya tadi, North berkata, “maafkan aku, aku kira yang kau maksud putrimu itu….”

Yueshi hanya membalas dengan tawa kecilnya karena prasangka itu sudah sering ia dengar, “Terkadang Winter juga agak seperti bayi kalau sedang manja denganku, jadi yahhh….” Perempuan itu tidak melanjutkan ucapannya melainkan hanya menaikkan bahunya tak lupa senyum manis dengan sedikit lesung pipi itu muncul di wajahnya, karena membicarakan bagaimana perilaku kucingnya itu membuat Yueshi bahagia.

Tanpa North sadari, bibirnya ikut tertarik simetris, dia tersenyum juga. Mata pria itu pun tidak lepas saat melihat mata Yueshi yang berbinar apalagi ketika menyebut nama kucingnya.

Ketika seat belt-nya sudah dilepas, ia menoleh ke arah North, “kau tidak apa-apa kan menunggu di dalam mobil? Atau…,” ucapannya belum selesai namun North sudah terlebih dahulu menjawab pertanyaannya.

“Apa boleh ikut masuk?” tanya North tanpa ragu, ia bahkan tidak memercayai ucapannya yang spontan itu. “Ah maksudku daripada aku menunggu di dalam mobil sendirian begini, lagipula tidak ada paparazzi di klinik hewan,” North mengucapkannya dengan tawa kecil begitu mengatakan kata ‘paparazzi di klinik hewan’.

“Ah… okay.” Yueshi memahami yang dimaksud North.

Ternyata hidup laki-laki itu tidak bisa bebas, bahkan tadi saat Yueshi menjemput North pun pakaian yang dikenakan laki-laki itu sangat tertutup sekali. Kalau saja North tidak menghampirinya terlebih dahulu, dan berbicara bahasa Mandarin padanya sembari menunjuk tulisan di kertas yang dibawanya, mana mungkin Yueshi mengenali keberadaan laki-laki itu, karena ia hanya tahu wajah North yang selalu ditunjukkan oleh Luna padanya, dan hanya sekali ia pernah melihat laki-laki itu secara langsung ketika North dan grupnya konser di London dua tahun lalu, itu pun Yueshi diajak Luna. Namun ketika ia hendak ke backstage, tiba-tiba saja ia mendapat kabar kalau ia mendapat project colab dengan salah satu produk peralatan makan. Sehingga ia bisa dibilang baru benar-benar bertemu North secara langsung ya hari ini.

Sebelum keluar dari mobil, sembari mengenakan maskernya dengan perasaan yang tidak karuan, antara malu, dan merasa bodoh di detik itu juga, karena bisa-bisanya dia malah langsung berasumsi seperti itu. dan ada perasaan asing yang samar-samar menerobosnya yang membuat hormon dopamin dalam dirinya naik. Menurutnya hormon dopamine itu pasti gara-gara ia akan ke klinik hewan? Hah alasan macam apa ini mau ke klinik hewan tapi rasanya bahagia sekali. Tapi di klinik hewan pasti ada anak-anak bulu, dan itu membuat North merindukan kucing-kucingnya yang ada di Beijing yang sudah ia tinggal beberapa minggu karena tour konser di beberapa kota di Mainland yang ia lakukan bersama grupnya.

“Apa aku terlihat aneh?” tanya North Ketika ia melihat Yueshi yang menatapnya seolah-olah ia seperti bukan manusia normal.

Dengan anggukkan kecil Yueshi menjawab, “kalau kau berpenampilan seperti ini ke klinik hewan, sepertinya seluruh mata akan tertuju padamu.”

North paham yang dimaksud oleh Yueshi. “Ah, benar juga, lagi pula tidak ada paparazzi di klinik hewan,” ujarnya yang kemudian melepaskan atribut penyamarannya sebagai artis yang sering ia lakukan jika ia ingin bepergian ke tempat umum. Kini North sudah melepas masker, kacamata hitam, dan topinya.

Setelah memastikan penampilan sudah tidak menonjol dan tidak terlihat aneh alias sudah terihat biasa-biasa saja, North pun mengikuti Yueshi memasuki klinik hewan yang telah merawat Winter selama tiga hari. Dokter yang menangani Winter langsung menyapa mereka ketika bertemu. Selama Yueshi berbicara dengan Dokter, North menggendong Winter yang tiba-tiba saja langsung menempel padanya.

“Pacarmu terlihat tampan sekali, sepertinya aku baru pertama melihat Winter bisa senyaman itu selain denganmu,” ucap Dokter Emily secara tiba-tiba yang langsung membuat Yueshi terkejut.

Yueshi menoleh ke Winter yang berada di gendongan North itu dengan sangat heran, karena kucingnya itu tidak pernah bisa langsung akrab dengan orang baru, tapi kenapa baru ketemu dengan North malah bisa langsung menempel ke laki-laki itu, bahkan Winter seperti tidak merindukannya padahal sudah tiga hari tidak bertemu dengannya.

“Oh dia bukan pacarku, dia kakaknya Luna,” kata Yueshi menjelaskan kesalahpaham yang dilihat oleh dokternya Winter.

Dokter perempuan itu menatap Yueshi dengan tatapan bertanya.

“Maksudku Luna Wang.”

“Oh, temanmu yang punya anak laki-laki yang selalu membawa boneka Pascal itu?”

“Iya.”

“Oh… bukan pacar, sayang sekali, padahal kulihat-lihat kalian seperti sepasang kekasih.”

“Emily.” Yueshi menanggapi ucapan Dokter Emily dengan jengah hingga dia melebarkan bola matanya.

“Iya, iya, tapi semoga dia bisa menjadi ayahnya Winter,” ucap Dokter Emily dengan salah satu matanya yang berkedip genit ke arah Yueshi.

-o0o-

Perjalanan dari klinik hewan ke rumah adiknya North tidak terlalu lama. Suasana yang sebelumnya ketika belum ada Winter di antara mereka itu sunyi, sepi, ada sedikit kecanggungan, kini berubah setelah ada Winter. Tentu saja obrolan mereka adalah mengenai kucing masing-masing. Bahkan ketika tiba-tiba ponsel North berbunyi pun menghentikan obrolan mereka, ada panggilan video dari adiknya. North langsung menjawabnya. Begitu tersambung, wajah yang muncul di layar ponselnya adalah wajah keponakannya.

“Hi Uncle North, Mom bilang kau sudah sampai di London, dan sedang bersama Auntie Shi, jadi bisakah kau hadapkan ponselmu, aku ingin bertanya padanya mengenai Pascal.”

“Pascal?” tanya North

“Temanku, kau pasti lupa aku pernah mengenalkannya padamu saat libur musim panas kemarin, saat aku baru pulang dari Disneyland.”

“Ah boneka Cameleon yang ada di bahumu itu?”

“Memangnya dia kenapa?”

“Aku mau berbicara dengan Auntie Shi.”

“Ok..ok…ok..” North langsung mengubah kameranya menjadi kamera belakang, sehinggan face time itu langsung terlihat Yueshi yang sedang mengemudi.

“Auntie Shi, apa Pascal ada di rumahmu? Karena ternyata dia tidak ada di tasku. Seingatku terakhir aku bermain dengan Pascal itu kemarin saat aku dan Seven ke rumahmu bersama Mom.”

“Auntie tidak tau kalau Pascal tertinggal di rumah Auntie, apa Blue ingat di mana saja kau bermain saat di rumah Auntie waktu itu?”

“Hmmm…” Blue meletakkan jari telunjuknya yang mungil di dagunya, “sepertinya aku ke tempat buku-buku dan ke lantai dua tapi aku lupa Pascal terjatuh di mana.”

“Ok, nanti Auntie cari.”

Meskipun tangannya masih memegang ponselnya ke arah Yueshi, mata North sedari tadi tidak teralihkan dari Yueshi yang sedang bercakap dengan keponakannya. Walaupun perempuan itu tidak menatap kamera Ketika berbicara karena memang sedang focus dengan kemudinya. Sampai panggilan video itu selesai, North masih tidak mengalihkan tatapannya pada Yueshi, hingga Perempuan itu mengatakan bahwa mereka harus mampir ke rumah Yueshi terlebih dahulu untuk menemukan boneka cameleon milik Blue.

“Hmmm… kalua begitu, bisa tolong kau mencarinya di ruang baca, kau berjalan lurus saja nanti belok ke kiri, nah kau akan langsung melihat ruangan yang banyak bukuny, aku akan mencarinya di lantai atas,” Yueshi menunjuk kea rah ruang baca yang mengarah ke halaman belakang rumahnya.

Hal pertama yang North rasakan ketika memasuki pekarangan dan rumah Yueshi yang ternyata masih satu kompleks dengan rumah adiknya itu adalah hangat dan sepi. Entah kenapa begitu memasuki rumah yang bergaya Victoria itu, North hanya langsung menemukan dua kata untuk mendeskripsikannya. Rumah ini tidak terlalu besar seperti rumah-rumah di sekitarnya, namun rumah ini adalah jenis rumah yang pastinya ditempati oleh keluarga yang hangat,

“Ok,” North mengangguk, matanya juga melihat ke arah yang ditunjuk oleh Yueshi, ia lalu berjalan kea rah ruang baca sesuai yang ditunjuk oleh Perempuan itu.

Setiap langkah demi langkah kakinya memasuki rumah Yueshi, mata North tidak bisa mengabaikan beberapa sisi yang ada di rumah itu, North tahu ia pasti terlihat kurang sopan karena Ketika melihat salah satu sisi yang ada di rumah itu terutama sebuah dinding yang terdapat beberapa bingkai foto yang menghiasinya di sana. Dari tempatnya berdiri saat ini, North bisa langsung melihat ruang baca yang dimaksud oleh Yueshi, karena di sana terdapat banya sekali buku tertata rapi di rak yang agak lumayan tinggi, ada sofa yang sudah dipastikan menjadi tempat ternyaman sembari membaca buku di ruangan tersebut. Namun, di sisi lain karena tadi North melihat deretan foto yanga ada di dinding itu membuatnya penasaran, apalagi tadi matanya sekilas seperti melihat foto adiknya juga ada di sana. Sehingga North memilih untuk melihat deretan foto itu sebentar, seblum ia melangkahkan kakinya ke ruang baca sesuai dengan tujuannya untuk mencari mainan milik keponakannya.

Beberapa foto yang North lihat memang tampak asing, karena Sebagian besar adalah foto-foto Yueshi Bersama kedua orang tuanya. North melihat senyum cerah Yueshi di sana, senyum yang rasanya terlihat agak sama ketika Perempuan itu membicarakan kucingnya. Setelah melihat sekilas foto itu, North lalu melihat foto Yueshi dan Luna-adiknya-yang membuat North penasaran karena persahabatan mereka sangat erat sekali. Dan di sana terdapat foto yang membuat North menatapnya agak lama yaitu foto wisuda mereka berdua. North ingat, seandainay waktu itu ia tidak disibukkan dengan aktivitasnya sebagai idol yang grupnya masih baru dan sedang sibuk-sibuknya mempromosikan album baru, pasti hari itu North juga akan ke London untuk menghadiri hari kelulusan adiknya. Setelah meliat foto kelulusan Yueshi dan Luna, North melihat ke deretan foto yang membuatnya benar-benar terlihat kagum dengan penataannya dan momen yang ada di foto-foto tersebut. Deretan foto-foto itu adalah foto-foto ulang tahun Yueshi yang North yakini pasti sudah diabadikan sejak Perempuan itu berusia satu tahun-karena North melihat foto bayi yang mengenakan dress lucu sembari duduk dengan kue angka satu di hadapannya. Sudut bibir North tertarik, laki-laki itu tersenyum setiap melihat deretan momen yang mengabadikan bertambahnya usia Yueshi. Akan tetapi, senyum dan tatapan berbinar pada laki-laki itu tiba-tiba berubah ketika ia melihat foto-foto tersebut hanya sampai di foto Yueshi yang sedang bersama kue ulang tahunnya dengan angka 21 pada lilinnya. Mungkin foto-foto usia 22 sampai 30 tahunnya ada di sisi dinding lain atau mungkin belum sempat dipasang bingkai dan ditempel di dinding, pikir North yang kemudian ia meninggalkan dinding yang penuh foto itu sembari melangkah ke ruang baca sesuai dengan tujuan awalnya.

Memasuki ruangan yang dipenuhi buku tersebut, North langsung mencium bau buku yang sangat khas. Setelah penasaran dengan foto-foto yang ada di dinding, melihat semua deretan koleksi buku yang ada di ruang baca milik Yueshi, semuanya tertata rapih, membuat North penasaran ingin melihat buku-buku seperti apa yang dibaca oleh perempuan itu. North melihat deretan buku fiksi yang sepertinya Yueshi menatanya sesuai dengan genre dan penulisnya. Bahkan ada satu baris rak yang isinya novel-novel klasik dari Penerbit Penguin, mata North bisa langsung mengetahuinya karena kover novel-novel penerbit tersebut memang sangat khas sekali, apalagi untuk versi novel-novel klasiknya. Melihat deretan koleksi buku milik Yueshi, membuat North lupa tujuan awalnya kenapa dia ada di ruangan ini. Ia bahkan semakin dibuat penasaran karena tidak menemukan buku nonfiksi di antara ratusan buku-mungkin saja sudah mencapai seribu-yang ada di rak.

“Kau tidak membaca buku nonfiksi atau buku-buku motivasi?” tanyanya begitu mendengar suara langkah kaki Yueshi yang ia tahu pasti akan menghampirinya di ruang baca. Dan jenis buku yang ditanyakan North itu secara refleks keluar dari mulutnya, karena dia memang lebih sering membaca buku-buku motivasi atau buku self-help.

“Tidak. Aku membaca buku untuk hiburan, lagipula hidupku sudah begini dan selalu seperti ini.”

Badan North langsung berbalik menghadap ke arah Yueshi, ia langsung melihat wajah terutama mata perempuan itu. Dahinya sempat menyerngit begitu mendengar jawaban yang keluar dari mulut Yueshi. Lalu North menanggapinya hanya dengan anggukkan kepalanya, sembari benaknya berkata, “Ya, benar juga, selain sumber pengetahuan, buku juga termasuk sumber hiburan.”

“Oh iya, ini aku sudah menemukannya,” ucap Yueshi yang tangannya terangkat sembari menunjukkan boneka Pascal milik keponakannya North.

Lalu tanpa North sadari, ketika matanya melihat rak buku yang ada di belakang Yueshi-seperti rak buku khusus untuk satu novel namun tentu saja North langsung melihat tulisan berbahasa Thailand, terlihat di punggung salah satu buku yang ada di rak itu-North langsung maju melangkah dan tanpa ia sadari juga pergerakan tubuhnya seperti hendak memeluk Yueshi dari depan.

“Kau mengoleksi Le Petit Prince dari berbagai bahasa?” tanya North yang belum menyadari bahwa napasnya dan napas Yueshi sangat dekat, bahkan perempuan itu bisa langsung mencium parfum yang dipakai oleh North. Dan jika Yueshi bergeser bergeser sepuluh cm dan mendongakkan kepalanya, mungkin saja dahinya akan menabrak bibir atau dagunya North, karena tinggi badannya hanya 160 cm. sedangknn laki-laki itu kemungkinan memiliki tinggi badan sekitar 170-an.

— — — — — — — — — — — —

[1] Adik Perempuan

THE END-

Playlist

https://open.spotify.com/playlist/77iIFbZoTmMFYqNFwwRr5Q?si=c16388f4ba0e4928

--

--

Tike Yung

Manusia yang menyukai buku, sejarah, seni, dongeng, biru, omelet wortel dan orek tempe.